Halaman
PERKEMBANGAN DAN
PENGARUH KOLONIALISME
DAN IMPERIALISME BARAT
Analisa Kuis
Rempah-rempah yang begitu melimpah di
bumi Indonesia seakan menjadi bumerang
bagi bangsa Indonesia. Di satu sisi dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia, khususnya petani dan pedagang
rempah-rempah. Namun di sisi lain,
rempah-rempah yang begitu melimpah
memancing bangsa-bangsa di Eropa untuk
memonopoli perdagangannya dengan
menguasai daerah penghasil rempah-
rempah, sehingga timbullah penjajahan.
Mengapa bangsa Eropa berhasrat
memonopoli perdagangan rempah-rempah?
Apakah fungsi rempah-rempah bagi bangsa
Eropa?
Dan seberapa tinggikah nilai ekonomis
rempah-rempah di mata bangsa-bangsa
Eropa? Coba analisalah hal tersebut agar
kalian makin tertarik mempelajari bab ini
secara keseluruhan.
Pada masa pemerintahan kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia datanglah
orang-orang Eropa yang mengadakan
pelayaran samudra. Kedatangan orang-
orang Eropa di Nusantara mula-mula
disambut baik oleh bangsa Indonesia,
tetapi setelah mengetahui bahwa mer eka
berusaha menguasai Nusantara akhirnya
mendapat reaksi keras ber upa perla-
wanan-perlawanan di berbagai daerah
untuk mengusir penjajah.
Sumber:
Indonesian H eritage,
2002
Galeri Pengetahuan Sosial 2
76
Peta Konsep
Kolonialisme dan
Imperialisme Barat
Men
g
ka
j
i
Perkemban
g
an Kolonialisme
dan Imperialisme Barat
Menimbulkan
Perkembangan agama Kristen
Kedatangan
bangsa
Barat
Terbentuknya
kekuatan
kolonial
Pengalihan ke-
kuasaan VOC
pada Kerajaan
Belanda
Pemerintahan
Inggris di
Indonesia
Masa pemerin-
tahan kolonial
Belanda
Undang-undang
agraria
Meliputi
Meliputi
Pen
g
aruh kolonialisme
dan imperialisme Barat
Reaksi rakyat
Meliputi
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
77
A. PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME DI INDONESIA
1. Kedatangan Bangsa Barat di Berbagai Daerah
Mulai akhir abad XV bangsa Eropa berusaha melakukan
penjelajahan samudra. Faktor-faktor pendorong penjelajahan
samudra antara lain:
a. Adanya keinginan mencari kekayaan (gold)
Kekayaan yang mereka cari terutama adalah rempah-rempah.
Sekitar abad XV di Eropa, rempah-rempah pada saat itu harganya
sangat mahal. Harga rempah-rempah semahal emas (
gold
).
Mereka sangat membutuhkan rempah-rempah untuk industri obat-
obatan.
b. Adanya keingingan menye barkan agama Nasrani (gos-
pel)
Selain mencari kekayaan dan tanah jajahan, bangsa Eropa
juga membawa misi khusus. Misi khusus tersebut adalah menyebar-
kan agama Nasrani kepada penduduk daerah yang dikuasainya.
Tugas mereka ini dianggap sebagai tugas suci yang harus
dilaksanakan ke seluruh dunia yang dipelopori oleh bangsa Portugis.
c. Adanya keinginan mencari kejayaan (glory)
Di Eropa ada suatu anggapan bahwa apabila suatu negara
mempunyai banyak tanah jajahan, negara tersebut termasuk negara
yang jaya (
glory
). Dengan adanya anggapan ini, negara-negara
Eropa berlomba-lomba untuk mencari tanah jajahan sebanyak-
banyaknya.
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan perkembangan paham Renaissance, ilmu pengeta-
huan dan teknologi juga berkembang pesat, misalnya seperti berikut
ini.
1) Ditemukannya Teori
Heliosentris
dari Copernicus yang
mengatakan bahwa pusat peredaran tata surya adalah
matahari. Planet-planet berputar mengelilingi matahari dan bumi
berputar pada porosnya. Bentuk bumi tidak rata tetapi bulat.
Hal ini mendorong orang untuk membuktikannya.
2) Dikembangkannya teknik pembuatan kapal yang dapat
digunakan untuk mengarungi samudra luas.
3) Mulai ditemukannya mesiu untuk persenjataan. Senjata ini dapat
digunakan untuk melindungi pelayaran dari ancaman bajak laut
dan sebagainya.
Aktivitas Mandiri
Untuk menambah
pemahaman kalian,
coba jelaskan arti dan
sebutkan perbedaan-
nya antara imperialisme
dan kolonialisme.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
78
Sumber:
Ensiklopedi Umum
untuk Pelajar,
2005
Gambar 5.2
Lambang VOC.
4) Ditemukannya kompas. Alat ini digunakan sebagai penunjuk
arah, sehingga para penjelajah tidak lagi bergantung pada
kebiasaan alam. Untuk menentukan arah, biasanya mereka
berpedoman pada bintang, sehingga jika angkasa tertutup awan
mereka tidak dapat meneruskan pelayarannya. Dengan
kompas, mereka bebas berlayar ke arah manapun tanpa
gangguan, baik siang maupun malam.
e. Jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan bangsa Turki
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki pada tahun
1453 menyebabkan bangsa Eropa mengalami kesulitan men-
dapatkan rempah-rempah. Oleh karena itu, mereka berusaha
mencari sendiri daerah penghasil rempah-rempah dengan mela-
kukan penjelajahan-penjelajahan samudra.
2. Terbentuknya Kekuasaan Kolonial di Indonesia
a. Pelayaran Cornelis de Houtman
Pada tahun 1595 Belanda berangkat dari Eropa di bawah
pimpinan Cornelis de Houtman dan sampai di Indonesia pada tahun
1956 dengan mendarat di Banten. Sejak pelayaran de Houtman,
maka banyak berdiri perusahaan-perusahaan dagang Belanda yang
masing-masing memiliki kapal sendiri dan berlayar ke Indonesia.
Hal inilah yang menyebabkan timbulnya persaingan antara para
pedagang Belanda. Para pedagang berusaha mendapatkan
rempah-rempah di Indonesia untuk secepatnya memenuhi muatan
kapalnya. Akibatnya harga pembelian rempah-rempah di Indone-
sia meningkat. Para petani dan pedagang Indonesia memperoleh
untung, sedang di Eropa harga rempah-rempah makin merosot,
karena makin banyak tersedia di pasaran Eropa. Hal ini
berpengaruh juga terhadap harga rempah-rempah di tanah air di
kemudian hari.
b. Pembentukan VOC
Untuk mengatasi persaingan di antara pedagang Belanda dan
persaingan pedagang Belanda dengan Portugis, maka pedagang
Belanda dengan didukung oleh pemerintahnya membentuk kongsi
dagang yang bernama VOC (
Vereenidge Oost Indishe Com-
pagnie
) pada tanggal 20 Maret 1602. VOC adalah badan yang
bersifat partikelir, di mana para pedagang Belanda bergabung di
dalamnya.
Tujuan VOC di Indonesia antara lain:
1) Menguasai pelabuhan-pelabuhan penting.
2) Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3) Melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.
Sumber:
Indonesian
Heritage,
2005
Gambar 5.1
Lada adalah
salah satu rempah-rempah
yang menjadi incaran bangsa-
bangsa Eropa.
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
79
Agar VOC dapat berkembang dengan baik, pemerintah
Belanda memberikan hak
Octroi
(istimewa), yaitu hak untuk dapat
bertindak sebagai suatu negara.
Hak-hak tersebut antara lain:
1) Hak monopoli perdagangan dari ujung selatan Afrika ke sebelah
timur sampai ujung selatan Amerika.
2) Hak memiliki tentara sendiri dan pengadilan.
3) Hak memiliki mata uang sendiri.
4) Hak menguasai dan mengikat perjanjian dengan kerajaan-
kerajaan lain di daerah kekuasaan monopoli perdagangannya.
Dengan hak-hak istimewa tersebut menyebabkan perkem-
bangan VOC sangat pesat. Perdagangan-perdagangan Portugis
di Indonesia dapat didesak. Sebagai bukti keberhasilan itu pada
tahun 1605, VOC berhasil menguasai benteng ketahanan Portugis
di Ambon, kemudian namanya diganti menjadi Benteng Victoria.
Dengan adanya peristiwa tersebut, kekuasan Portugis di Maluku
terdesak dan hanya mampu bertahan di Timor-Timur.
c. Persaingan dagang Belanda dengan Inggris
Mengetahui taktik perdagangan Belanda dengan membentuk
persekutuan dagang (VOC), maka Inggris juga mendirikan kongsi
dagang yang dinamakan EIC (
East Indian Company
) pada tahun
1600 dengan daerah operasi utamanya di Indonesia. Inggris
mengetahui bahwa Belanda menduduki Indonesia, maka Inggris
berniat merebut Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut di
bawah pimpinan Lord Minto sebagai gubernur jenderal Inggris di
Calkuta, didirikan ekspedisi Inggris untuk merebut kekuasaan
Belanda di Indonesia.
Pada tahun 1811 Inggris berhasil merebut seluruh kekuasaan
Belanda di tanah Indonesia, sehingga kekuasan Inggris di Indone-
sia berada di bawah pimpinan Raffles sampai tahun 1816.
Berdasarkan konvensi London (
Convention of London
) tahun
1814, Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda karena
dianggap tidak ada untungnya.
Adapun isi pokok dari Konvensi London ialah:
1) Indonesia dikembalikan kepada Belanda.
2) Jajahan-jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana
tetap di tangan Inggris.
3) Cochain (di Pantai Malabar) diambil oleh Inggris dan Bangka
diserahkan pada Belanda sebagai gantinya.
Sumber:
Indonesia Heritage,
2002
Gambar 5.3
Thomas
Stanford Raffles.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
80
3. Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda
a. Pembubaran VOC
Memasuki akhir abad ke-18 kejayaan VOC mulai merosot.
Hal ini disebabkan oleh faktor internal dalam tubuh VOC itu sendiri
maupun faktor eksternal di luar VOC yang menggerogoti
keberadaan VOC.
Adapun faktor internal yang menyebabkan kemerosotan
VOC adalah:
1) Banyaknya pegawai VOC yang melakukan korupsi.
2) Sulitnya melakukan pengawasan terhadap daerah penguasaan
VOC yang sangat luas.
Faktor eksternal yang menyebabkan kemerosotan VOC
adalah:
1) Meletusnya revolusi Prancis menyebabkan Belanda jatuh ke
tangan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
2) Reaksi penentangan oleh rakyat Indonesia terhadap VOC dalam
bentuk peperangan yang banyak menyedot pembiayaan dan
tenaga.
Keadaan yang kian parah dan mengkhawatirkan menyebabkan
Belanda mengambil sikap, pada tangal 31 Desemnber 1799
VOC dibubarkan dan pemerintah kolonial di Indonesia mulai
dkendalikan langsung oleh pemerintah kerajaan Belanda.
b. Pemerintaham Herman W. Daendels
Sejak Belanda jatuh ke tangan Prancis pada tahun 1795,
Belanda diubah namanya menjadi republik
Bataaf
dan diperintah
oleh Louis Napoleon, adik kaisar Napoleon Bonaparte. Di samping
itu, pemerintah Prancis mengkhawatirkan keadaan di Pulau Jawa
sebagai daerah jajahan Belanda akan direbut oleh Inggris yang
saat itu tidak berhasil dikuasai oleh Prancis. Oleh karena itu, pada
tanggal 1 Januari 1808 Louis Napoleon mengutus Herman W.
Daendels ke Pulau Jawa.
Pada tanggal 15 Januari 1808 Daendels menerima kekuasaan
dari Gubernur Jenderal Weise. Daendels dibebani tugas memperta-
hankan Pulau Jawa dari serangan Inggris, karena Inggis telah
menguasai daerah kekuasaan VOC di Sumatra, Ambon, dan Banda.
Sebagai gubernur jenderal, langkah-langkah yang ditempuh
Daendels, antara lain:
1) Meningkatkan jumlah tentara dengan jalan mengambil dari
berbagai suku bangsa di Indonesia.
2) Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
3) Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujung Kulon.
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
81
4) Membangun jalan raya dari Anyer hingga Panarukan, sepanjang
kurang lebih 1.100 km.
5) Membangun benteng-benteng pertahanan.
Dalam rangka mewujudkan langkah-langkah tersebut
Daendels menerapkan sistem kerja paksa (rodi). Selain menerapkan
kerja paksa Daendels melakukan berbagai usaha untuk
mengumpulkan dana dalam menghadapi Inggris. Langkah tersebut
antara lain:
1) Mengadakan penyerahan hasil bumi (
contingenten
).
2) Memaksa rakyat-rakyat menjual hasil buminya kepada pe-
merintah Belanda dengan harga murah (
verplichte leverantie
).
3) Melaksanakan
Preanger Stelsel
, yaitu kewajiban yang dibe-
bankan kepada rakyat Priangan untuk menanam kopi.
4) Menjual tanah-tanah negara kepada pihak swasta asing seperti
kepada Han Ti Ko seorang pengusaha Cina.
Daendels merupakan penguasa yang disiplin, tegas, dan kejam,
sehingga dikenal sebagai gubernur jenderal yang bertangan besi.
Ia juga dijuluki Tuan Besar Guntur atau Jenderal Mas Galak.
Tindakan Daendels ini di mata orang Belanda sendiri ternyata sangat
dibenci. Daendels juga menjual tanah milik negara kepada
pengusaha swasta asing, berarti ia telah melanggar undang-undang
negara. Hal tersebut mengakibatkan ia dipanggil pulang ke
negerinya dan diganti Jenderal Jassens pada tahun 1811.
Jassens ternyata berbeda dengan Daendels, ia lemah dan
kurang cakap. Pemerintah Jassens mewarisi situasi keamanan dan
ekonomi yang sangat buruk dan dibayang-bayangi ancaman Inggris
sewaktu-waktu. Pada bulan Agustus 1811 Inggris mendarat di
Batavia dipimpin Lord Minto. Belanda melakukan perlawanan
terhadap Inggris, tetapi tidak berhasil. Akibat serangan Inggris
tersebut Belanda menyerah dan akhirnya menandatangani
Kapitulasi Tuntang 11 September 1811.
Isi Perjanjian Tuntang adalah:
1) Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di kawasan Asia
Tenggara harus diserahkan kepada Inggris.
2) Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
3) Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan Belanda di luar
Jawa menjadi wilayah kekuasaan Inggris.
Isi pokok Perjanjian Tuntang tersebut membawa pengaruh
langsung bagi bangsa Indonesia, yaitu wilayah Nusantara
diserahkan kepada EIC (Inggris) yang bermarkas di Calcuta In-
dia. Akibat Kapitulasi Tuntang tersebut Indonesia jatuh ke tangan
Inggris.
Sumber:
Ensiklopedi Umum
untuk Pelajar,
2005
Gambar 5.4
Herman W.
Daendels.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
82
4. Pemerintahan Inggris di Indonesia (1811–1816)
Setelah Inggris berhasil menguasai Indonesia kemudian
memerintahkan Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan
Gubernur di Indonesia dan memulai tugasnya pada tanggal 19
Oktober 1811.
Kebijaksanaan Raffles selama memerintah di Indonesia:
a. Di bidang ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
1) Menghapus segala kebijakan Daendels, seperti
contingenten
/
pajak/penyerahan diganti dengan sistem sewa tanah (
land-
rente
).
2) Semua tanah dianggap milik negara, maka petani harus
membayar pajak sebagai uang sewa.
Namun upaya Raffles dalam penerapan sistem pajak tanah
mengalami kegagalan karena:
1) Sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi pemilik tanah,
karena tidak semua rakyat mempunyai tanah yang sama.
2) Sulit menentukan luas sempitnya dan tingkat kesuburan tanah
petani.
3) Keterbatasan pegawai-pegawai Raffles.
4) Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.
b. Di bidang pemerintahan pengadilan dan sosial
Dalam bidang ini, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
1) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan termasuk Jogja-
karta dan Surakarta.
2) Masing-masing karesidenan mempunyai badan pengadilan.
3) Melarang perdagangan budak.
c. Di bidang ilmu pengetahuan
Dalam bidang pengetahuan, Raffles menetapkan kebijakan
berupa:
1) Mengundang ahli pengetahuan dari luar negeri untuk meng-
adakan berbagai penelitian ilmiah di Indonesia.
2) Raffles bersama Arnoldi berhasil menemukan bunga bangkai
sebagai bunga raksasa dan terbesar di dunia. Bunga tersebut
diberinya nama ilmiah Rafflesia Arnoldi.
3) Raffles menulis buku “
History of Java
” dan merintis pem-
bangunan Kebun Raya Bogor sebagai kebun biologi yang
mengoleksi berbagai jenis tanaman di Indonesia bahkan dari
berbagai penjuru dunia.
Sumber:
Indonesia Heritage,
2002
Gambar 5.5
Nama bunga
Rafflesia Arnoldi diambil dari
nama Thomas Stanford
Raffles dan asistennya
Arnoldi.
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
83
Pemerintahan Raffles tidak berlangsung lama sebab Peme-
rintahan Napoleon di Prancis pada tahun 1814 jatuh. Akibat
berakhirnya kekuasan Louis Napoleon 1814, maka diadakan Konfe-
rensi London.
Isi Konferensi London antara lain:
1) Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dahulu
direbut Inggris.
2) Penyerahan Indonesia oleh Inggris kepada Belanda berlangsung
tahun 1816.
3) Jhon Fendall diberi tugas oleh pemerintah Inggris untuk
menyerahkan kembali Indonesia kepada Belanda.
Belanda menerima penyerahan Inggris melalui Komisi
Jenderal yang terdiri dari 3 orang, yaitu Elaut, Van der Cappelen,
dan Buykes. Sejak saat itu terjadi perubahan kekuasaan di Indo-
nesia dari tangan Inggris ke tangan Belanda. Belanda menunjuk
Van Der Cappelen sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda.
5. Masa Pemerintahan Kolonial Belanda (Johanes Van
Den Bosch)
Kekosongan keuangan Belanda yang disebabkan oleh perang
kemerdekaan dari Belgia maupun perang Diponegoro, mendorong
Belanda untuk menciptakan suatu sistem yang dapat menghasilkan
keuntungan dalam bidang ekonomi/keuangan bagi Belanda. Pada
masa kepemimpinan Johanes Van Den Bosch Belanda memper-
kenalkan
culturstelsel
atau
caltivitaion system
(tanam paksa).
Sistem tanan paksa pertama kali diperkenalkan di Jawa dan
dikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa.
a. Aturan sistem tanam paksa
1) Setiap penduduk wajib menyerahkan seperlima dari lahan
garapannya untuk ditanami tanaman wajib yang berkualitas
ekspor.
2) Tanah yang disediakan untuk tanah wajib dibebaskan dari
pembayaran pajak tanah.
3) Hasil panen tanaman wajib harus diserahkan kepada
pemerintah kolonial. Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah
pajak yang harus dibayarkan kembali kepada rakyat.
4) Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap
tanaman wajib tidak boleh melebihi tenaga dan waktu yang
diperlukan untuk menanam padi atau kurang lebih 3 bulan.
5) Mereka yang tidak memiliki tanah, wajib bekerja selama
66 hari atau seperlima tahun di perkebunan pemerintah.
Ajang Curah
Pendapat
Untuk menambah
pengetahuan kalian,
bersama kelompok
kalian lakukanlah studi
pustaka guna menggali
informasi mengenai la-
tar belakang jatuhnya
pemerintahan Napo-
leon, sehingga meme-
ngaruhi pemerintahan
kolonial Inggris di
Indonesia.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
84
6) Jika terjadi kerusakan atau kegagalan panen menjadi
tanggung jawab pemerintah (jika bukan akibat kesalahan
petani).
7) Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada
kepala desa.
b. Pelaksanaan tanam paksa
Dalam kenyataannya, pelaksanaan
cultur stelsel
banyak
terjadi penyimpangan, karena berorientasi pada kepentingan
imperialis, di antaranya:
1) Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima tanah
garapan, apalagi tanahnya subur.
2) Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan
waktunya untuk tanaman ekspor, sehingga banyak tidak
sempat mengerjakan sawah dan ladang sendiri.
3) Rakyat tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi 1/5
tahun.
4) Waktu pelaksanaan tanaman ternyata melebihi waktu
tanam padi (tiga bulan) sebab tanaman-tanaman perke-
bunan memerlukan perawatan yang terus-menerus.
5) Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus
dibayarkan kembali kepada rakyat ternyata tidak dikem-
balikan kepada rakyat.
6) Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab
rakyat/petani.
c. Akibat tanam paksa
1)
Bagi Belanda
Bagi Belanda tanam paksa membawa keuntungan
melimpah, di antaranya:
a) Kas Belanda menjadi surplus (berlebihan).
b) Belanda bebas dari kesulitan keuangan.
2)
Bagi Indonesia
Akibat adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan
tanam paksa, maka membawa akibat yang memberatkan
rakyat Indonesia, yaitu:
a) Banyak tanah yang terbengkalai, sehingga panen gagal.
b) Rakyat makin menderita.
c) Wabah penyakit merajalela.
d) Bahaya kelaparan yang melanda Cirebon memaksa rakyat
mengungsi ke daerah lain untuk menyelamatkan diri.
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
85
e) Kelaparan hebat di Grobogan, sehingga banyak yang
mengalami kematian dan menyebabkan jumlah penduduk
menurun tajam.
d. Penentangan tanam paksa
Tanam paksa yang diterapkan Belanda di Indonesia
ternyata mengakibatkan aksi penentangan. Orang yang
menentang tanam paksa terdiri dari:
1)
Golongan pendeta
Golongan ini menentang atas dasar kemanusiaan. Adapun
tokoh yang mempelopori penentangan ini adalah Baron Van
Hovel.
2)
Golongan liberal
Golongan liberal terdiri dari pengusaha dan pedagang, di
antaranya:
a) Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli yang
menentang tanam paksa dengan mengarang buku berjudul
Max Havelaar
.
b) Frans Van de Pute dengan mengarang buku berjudul
Suiker Constracten
(Kontrak Kerja).
e. Penghapusan pelaksanaan tanam paksa secara bertahap
Di Sumatra Barat ,sistem tanam paksa dimulai sejak tahun
1847, ketika penduduk yang telah lama menanam kopi secara
bebas dipaksa untuk menanam kopi untuk diserahkan kepada
pemerintah kolonial. Begitu juga di Jawa, pelaksanaan sistem
tanam paksa ini dilakukan melalui jaringan birokrasi lokal.
Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak, akhirnya
pemerintah Belanda menghapus tanam paksa secara bertahap:
1) Tahun 1860 tanam paksa lada dihapus.
2) Tahun 1865 tanam paksa nila dan teh dihapus.
3) Tahun 1870 tanam paksa semua jenis tanaman, dihapus
kecuali kopi di Priangan.
Selain di Pulau Jawa, kebijaksanaan yang hampir sama
juga dilaksanakan di tempat lain seperti Sumatra Barat,
Minahasa, Lampung, dan Palembang. Kopi merupakan tanaman
utama di dua tempat pertama. Adapun lada merupakan tanaman
utama di dua wilayah yang kedua. Di Minahasa, kebijakan
yang sama kemudian juga berlaku pada tanaman kelapa.
Serasi
(Serba-serbi Sosial)
Edward Douwes Dek-
ker mengajukan tun-
tutan kepada pemerin-
tah kolonial Belanda
untuk lebih memerha-
tikan kehidupan bang-
sa Indonesia. Karena
kejayaan negeri Belan-
da itu merupakan hasil
tetesan keringat rakyat
Indonesia. Dia mengu-
sulkan langkah-lang-
kah untuk membalas
budi baik bangsa
Indonesia. Langkah-
langkah tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan (edu-
kasi).
b. Membangun salur-
an pengairan
(irigasi).
c. Memindahkan pen-
duduk dari daerah
yang padat ke
daerah yang jarang
penduduknya (imi-
grasi/transmigrasi)
Galeri Pengetahuan Sosial 2
86
Serasi
(Serba-serbi Sosial)
Dalam hukum adat di
Indonesia, dikenal
istilah “Hak Ulayat”
yang berkaitan dengan
hukum tanah. Hak
tersebut merupakan
wewenang dan kewa-
jiban suatu masyarakat
hukum adat yang
berhubungan dengan
tanah yang terletak di
wilayahnya dan meru-
pakan pendukung
utama penghidupan
dan kehidupan masya-
rakat. Istilah “Hak
Ulayat” diberikan oleh
Van Vollenhoven,
seorang ahli hukum
asal Belanda.
2. Undang-Undang Agraria
Dalam pertemuan di parlemen Belanda, Frans van Putte, de
Wall, dan Thorbecke yang berasal dari kaum liberal menyampaikan
gagasan perlunya menerapkan prinsip liberalisme ekonomi di tanah
jajahan. Menurut kaum liberal, kehidupan perekonomian akan
berjalan lancar jika ketentuan berikut ini dipatuhi, yaitu:
a. Swasta mempunyai hak untuk memiliki alat-alat produksi.
b. Anggota masyarakat bebas untuk melakukan tindakan ekonomi.
c. Pemerintah tidak mencampuri urusan rumah tanga perekono-
mian.
Berdasarkan hal tersebut pihak penguasa swasta diberi
kesempatan seluas-luasnya menjalankan roda perekonomian di
wilayah Hindia-Belanda. Sebagai perwujudan kemenangan kaum
liberal, pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Agraria
tahun 1870 (
Agrarische Wet 1870
) yang berisi pokok-pokok aturan
sebagai berikut.
a. Gubernur jenderal tidak diperbolehkan menjual tanah.
b. Gubernur jenderal dapat menyewakan tanah menurut ketentuan
yang diatur dalam undang-undang.
c. Tanah-tanah diberikan dengan hak penguasaan selama waktu
tidak lebih dari 75 tahun sesuai ketentuan.
d. Gubernur jenderal tidak boleh mengambil tanah-tanah yang
dibuka oleh rakyat.
Tujuan pemberlakuan Undang-Undang Agraria adalah:
a. Melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasaan
pemodal asing.
b. Memberi peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah
dari penduduk Indonesia.
c. Membuka kesempatan kerja kepada penduduk Indonesia
terutama di bidang buruh perkebunan.
Pengaruh positif pemberlakuan Undang-Undang Agraria
adalah:
a. Rakyat Indonesia diperkenalkan kepada pentingnya peranan
lalu lintas uang (modal) dalam kehidupan ekonomi.
b. Tumbuhnya perkebunan-perkebunan besar meningkatkan
jumlah produksi tanaman ekspor jauh melebihi produksi semasa
berlakunya sistem tanam paksa, sehingga Indonesia mampu
menjadi penghasil kina terbesar nomor 1 di dunia.
c. Rakyat Indonesia merasakan manfaat sarana irigasi dan
transportasi yang dibangun pihak perkebunan.
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
87
Karena mendapat sorotan tajam, akhirnya pada tahun 1900
pemerintah Belanda menghentikan Undang-Undang Agraria 1870
tersebut.
B. PENGARUH KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME DI INDONESIA
1. Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Upaya Perdagangan
Portugis dan Belanda
Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat di wilayah
Nusantara hidup dengan tenteram di bawah kekuasaan raja-raja.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia mula-mula disambut
baik oleh bangsa Indonesia, tetapi lama-kelamaan rakyat Indone-
sia mengadakan perlawanan karena sifat-sifat dan niat-niat jahat
bangsa Eropa mulai terkuak dan diketahui oleh bangsa Indonesia.
Perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia
disebabkan orang-orang Barat ingin memaksakan monopoli
perdagangan dan berusaha mencampuri urusan kerajaan-kerajaan
di Indonesia. Adapun perlawanan-perlawanan tersebut antara lain:
a. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Portugis
Setelah Malaka dapat dikuasai oleh Portugis 1511, maka
terjadilah persaingan dagang antara pedagang-pedagang Portugis
dengan pedagang di Nusantara. Portugis ingin selalu menguasai
perdagangan, maka terjadilah perlawanan-perlawanan terhadap
Portugis. Perlawanan tersebut antara lain:
1)
Perlawanan di Aceh terhadap Portugis
Sejak Portugis dapat menguasai Malaka, Kerajaan Aceh
merupakan saingan terberat dalam dunia perdagangan. Para
pedagang muslim segera mengalihkan kegiatan perdagangannya
ke Aceh Darussalam. Keadaan ini tentu saja sangat merugikan
Portugis secara ekonomis, karena Aceh kemudian tumbuh menjadi
kerajaan dagang yang sangat maju. Melihat kemajuan Aceh ini,
Portugis selalu berusaha menghancurkannya, tetapi selalu menemui
kegagalan. Keberhasilan Aceh untuk memperhatankan diri dari
ancaman Portugis disebabkan:
a. Aceh berhasil bersekutu dengan Turki, Persia, dan India.
b. Aceh memperoleh bantuan kapal, prajurit, dan makanan dari
pedagang muslim di Pulau Jawa.
c. Kapal Aceh dilengkapi persenjataan yang cukup baik dan
prajurit yang tangguh.
Ajang Curah
Pendapat
1. Bentuk kelompok
diskusi yang ber-
anggotakan 5–8
siswa.
2. Lakukan diskusi ke-
lompok mengenai
permasalahan beri-
kut.
a. Faktor-faktor pen-
dorong terjadinya
penjelajahan
samudra bangsa-
bangsa Eropa.
b. Bagaimanakah pen-
dapat kelompok
kalian terhadap
hak oktroi yang
dimiliki oleh VOC?
c. Bagaimanakah na-
sib bangsa Indone-
sia pada masa pe-
laksanaan tanam
paksa (cultur stel-
sel).
d. Apakah yang di-
maksud:
– rodi,
– contingenten,
– verpliche le-
verente.
3. Presentasikan di
depan kelas hasil
diskusi kelompok.
4. Buatlah kesimpul-
an hasil diskusi.
5. Kumpulkan kepada
guru mata pelajar-
an.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
88
Di antara raja-raja Kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan
adalah:
a. Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528)
Berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa
Portugis
b. Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568)
Berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu
dengan Johor.
c. Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
Raja Kerajaan Aceh yang terkenal sangat gigih melawan
Portugis adalah Iskandar Muda. Pada tahun 1615 dan 1629,
Iskandar Muda melakukan serangan terhadap Portugis di
Malaka.
Usaha-usaha Aceh Darussalam untuk mempertahankan diri dari
ancaman Portugis antara lain:
a. Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia,
dan Gujarat (India),
b. Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan
dari beberapa pedagang muslim di Jawa,
c. kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang
cukup baik dan prajurit yang tangguh,
d. meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan
Makassar.
Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus
tetapi sama-sama tidak berhasil mengalahkan, sampai akhirnya
Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641. VOC bermaksud
membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai dan ingin
menghidupkan kembali kegiatan perdagangan seperti yang pernah
dialami Malaka sebelum kedatangan Portugis dan VOC.
Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda
wafat dan penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani (1636–1841).
Pada saat Iskandar Thani memimpin Aceh masih dapat
mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin oleh
Sultan Safiatuddin 91641–1675) Aceh tidak dapat berbuat banyak
mempertahankan kebesarannya.
2)
Ternate melawan Portugis
Pada awalnya Portugis diterima dengan baik oleh raja
setempat dan diijinkan mendirikan benteng, namun lama-kelamaan,
rakyat Ternate mengadakan perlawanan.
Perlawanan ini terjadi karena sebab-sebab berikut ini:
a) Portugis melakukan monopoli perdagangan.
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
89
b) Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan.
c) Portugis ingin menyebarkan agama Katholik, yang berarti ber-
tentangan dengan agama yang telah dianut oleh rakyat Ter-
nate.
d) Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepa-
ham dengan mereka.
e) Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.
f) Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka kehendak Portugis
ditolak oleh raja Ternate. Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan
Hairun bersatu dengan Tidore melawan Portugis, sehingga Portugis
dapat didesak. Pada waktu terdesak, Portugis mendatangkan
bantuan dari Malaka dipimpin oleh Antoni Galvo, sehingga Portugis
mampu bertahan di Maluku.
Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali di bawah
pimpinan Sultan Hairun. Portugis berusaha menangkap Sultan Hairun,
namun rakyat bangkit untuk melawan Portugis dan berhasil
membebaskan Sultan Hairun dan tawanan lainnya. Akan tetapi
Portugis melakukan tindakan licik dengan mengajak Sultan Hairun
berunding. Dalam perundingan, Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh.
Perlawanan rakyat Ternate dilanjutkan di bawah pimpinan
Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun). Pada tahun 1574 benteng
Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke Hitu dan
akhirnya menguasai dan menetap di Timor-Timur sampai Tahun
1975.
b. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda
1)
Perlawanan Mataram
(
Perlawanan Sultan Agung)
Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Agung (1613–1645). Cita-cita Sultan Agung
adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Jawa di bawah pimpinan
Mataram.
Adapun sebab-sebab Mataram menyerang Batavia adalah:
(1) Mengusir Belanda dari tanah air Indonesia.
(2) Belanda sering merintangi perdagangan Mataram di Malaka.
(3) Belanda melaksanakan monopoli perdagangan.
Sultan Agung mengadakan penyerangan ke Batavia pertama
kali pada tahun 1628. Pasukan pertama dipimpin oleh Tumenggung
Bahurekso. Adapun pasukan kedua dipimpin oleh Tumenggung
Agul-Agul, Kyai Dipati Mandurorejo, Kyai Dipati Upusonto, dan
Dipati Ukur. Namun serangan tersebut mengalami kekalahan.
Sumber:
Ensiklopedi Umum
untuk Pelajar,
2005
Gambar 5.4
Sultan Agung.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
90
Kegagalan serangan pertama tidak mengendorkan semangat
melawan Belanda. Sultan Agung menyusun kembali kekuatan untuk
melakukan serangan kedua dengan matang dan cermat. Pada
Tahun 1629 Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua
kalinya di bawah pimpinan Dipati Puger dan Dipati Purbaya.
Serangan kedua juga mengalami kegagalan, sebab persiapan Sul-
tan Agung telah diketahui oleh VOC, gudang-gudang persiapan
makanan Sultan Agung dibakar oleh VOC. Dalam peperangan itu
Pimpinan VOC Y.P. Coen meninggal akibat penyakit colera,
sehingga tentara Mataran mundur takut terserang penyakit.
Kemudian perlawanan rakyat Mataram dilanjutkan oleh:
(1) Trunojoyo (1674–1709)
(2) Untung Suropati (1674–1706)
(3) Mangkubumi dan Mas Said (1474–1755)
Pada saat perlawanan Mangkubumi, terjadi kesepakatan
damai dengan Belanda dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti
(1755) yang isinya:
(1) Mataram dibagi menjadi dua yaitu Mataram Barat (Jogja) dan
Mataram Timur (Surakarta).
(2) Mangkubumi berkuasa di Mataram Barat dan Paku Buwono
berkuasa di Mataram Timur (Surakarta).
2)
Banten melawan VOC
Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Abdul Fatah yang dikenal dengan nama Sultan Ageng
Tirtayasa (1650–1682). Sultan Ageng Tirtayasa mengadakan
perlawanan terhadap VOC (1651), karena menghalang-halangi
perdagangan di Banten.
VOC dalam menghadapi Sultan Ageng Tirtayasa menggu-
nakan politik
devide et impera
, yaitu mengadu domba antara Sul-
tan Ageng Tirtayasa dengan putranya yang bernama Sultan Haji
yang dibantu oleh VOC. Dalam pertempuran ini Sultan Ageng
Tirtayasa terdesak dan ditangkap. Kemudian Sultan Haji (putera
Sultan Agung Tirtayasa) diangkat menjadi Sultan menggantikan
Sultan Ageng Tirtayasa. Pada Tahun 1750 meletus gerakan
perlawanan terhadap pemerintahan Sultan Haji yang dipimpin Kyai
Tapa dan Ratu Bagus Buang. Perlawanan dapat dipadamkan berkat
bantuan VOC. Setelah pertempuran selesai, Sultan Haji melakukan
perundingan dengan VOC yang isinya:
a) Sultan Haji harus mengganti biaya perang.
b) Banten harus mengakui di bawah kekuasaan VOC.
c) Kecuali VOC, pedagang lain dilarang berdagang di Banten.
d) Kepulauan Maluku tertutup bagi pedagang Banten.
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
91
3)
Makassar melawan VOC
Makassar berkembang pesat dan mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654–1659). Sultan
Hasanuddin menolak monopoli yang dilakukan oleh VOC, sehingga
terjadilah perang dengan VOC. Peperangan berlangsung tiga kali.
Pertama, terjadi pada tahun 1633, di mana VOC berusaha
memblokade Makassar untuk menghentikan arus keluar masuk
perdagangan di Makassar, namun usaha ini belum berhasil.
Pertempuran kedua terjadi pada tahun 1654, serangan ini juga
belum berhasil.
Pertempuran ketiga merupakan pertempuran besar yang
terjadi pada tahun 1667. Dalam perang ini VOC melaksanakan
politik
devide et impera
, yaitu mengadu domba antara Sultan
Hasanuddin dengan Aru Palaka (Raja Bone).
Akhirnya, pada waktu itu Sultan Hasanudin dipaksa
menandatangani perjanjian Bongaya (1667) yang isinya:
a) Makassar mengakui kekuasaan VOC.
b) VOC memegang monopoli perdagangan di Makassar.
c) Aru Palaka dijadikan Raja Bone.
d) Makassar harus melepaskan Bugis dan Bone.
e) Makassar harus membayar biaya perang VOC.
Karena kegigihannya melawan VOC, Sultan Hasanuddin
dijuluki “Ayam Jantan dari Timur”.
4)
Perlawanan Diponegoro (1825–1830)
Perang Diponegoro mulai meletus di Tegalrejo, Jogjakarta
dan meluas hampir ke seluruh Jawa. Bupati-bupati yang ada di
bawah pengaruh Mataram ikut menyatakan perang terhadap
Belanda. Maka perang Diponegoro sering disebut perang Jawa.
Pangeran Diponegoro adalah putera sulung Sultan Hamengku
Buwono III yang dilahirkan pada Tahun 1785. Ketika masih kecil
bernama Pangeran Ontowiryo.
Sebab-sebab umum Perang Diponegoro:
a) Penderitaan rakyat sangat berat karena adanya bermacam-
macam pajak.
b) Raja dan kalangan istana benci kepada Belanda karena wilayah
Mataram makin dipersempit.
c) Ulama kecewa karena peradaban Barat mulai memasuki ka-
langan Islam.
d) Bangsawan kecewa karena tidak boleh menyewakan tanahnya.
e) Belanda ikut campur dalam urusan pemerintahan.
Sumber:
Ensiklopedi
Nasional Indonesia,
1997
Gambar 5.5
Sultan
Hasanuddin.
Sumber:
Ensiklopedi
Nasional Indonesia,
1997
Gambar 5.6
Pangeran
Diponegoro.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
92
Adapun sebab-sebab khusus perang Diponegoro adalah
rencana pembuatan jalan yang melintasi tanah makam leluhur
pengeran Diponegoro tidak meminta ijin terlebih dahulu kepada
Pangeran Diponegoro.
Dalam perang Diponegoro, Belanda mengalami banyak
kesulitan. Bahkan Belanda mengakui perang Diponegoro meru-
pakan perang terberat dan memakan biaya yang besar.
Belanda menggunakan siasat
benteng stelsel
dalam melum-
puhkan perlawanan Pangeran Diponegoro. Tujuan dari sistem
benteng stelsel
adalah:
a) Mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro.
b) Memecah belah pasukan Diponegoro.
c) Mencegah masuknya bantuan untuk pasukan Diponegoro.
d) Bagi Belanda sendiri dapat memperlancar hubungan antara
Belanda jika mendapat serangan dari pasukan Diponegoro.
e) Memperlemah pasukan Diponegoro.
Sistem
benteng stelsel
ternyata belum berhasil mematahkan
perlawanan Diponegoro. Kemudian Belanda mendatangkan
pasukan dari daerah lain dan membujuk para pembantu Diponegoro
untuk menyerah. Dengan siasat itu, para pembantu Pangeran
Diponegoro sebagian menyerah, tetapi belum berhasil menangkap
Pangeran Diponegoro.
Belanda menggunakan siasat baru dengan sayembara, tetapi
juga belum berhasil. Pada tahun 1830 Belanda mengadakan tipu
muslihat dengan mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding.
Dalam perundingan itu Pangeran Diponegoro ditangkap. Setelah
ditangkap Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang, kemudian
diasingkan ke Batavia/Jakarta. Pada tanggal 3 Mei 1830 Pangeran
Diponegoro dipindahkan ke Manado, dan pada tahun 1834 dipin-
dahkan ke Makassar dan wafat di Makassar pada tanggal 8 Januari
1855.
5)
Perang Padri (1821–1837)
Pada abad ke-19 Islam berkembang pesat di daerah
Minangkabau. Tokoh-tokoh Islam berusaha menjalankan ajaran
Islam sesuai Al-Quran dan Al-Hadis. Gerakan mereka kemudian
dinamakan gerakan Padri. Gerakan ini bertujuan memperbaiki
masyarakat Minangkabau dan mengembalikan mereka agar sesuai
dengan ajaran Islam. Gerakan ini mendapat sambutan baik di
kalangan ulama, tetapi mendapat pertentangan dari kaum adat.
Sebab umum terjadinya perang Padri adalah
a) Pertentangan antara kaum Padri dan kaum adat.
b) Belanda membantu kaum adat.
Serasi
(Serba-serbi Sosial)
Taktik yang diterapkan
Pangeran Diponegoro
dalam melakukan
perlawanan terhadap
Belanda adalah taktik
perang gerilya.
Pangeran Diponegoro
dan pasukannya selalu
berpindah-pindah tem-
pat persembunyian.
Adapun tempat per-
sembunyian utamanya
adalah di Goa
Selarong.
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
93
Perang pertama antara kaum Padri dan kaum adat terjadi di
Kota Lawas, kemudian meluas ke kota lain. Pemimpin kaum Padri
antara lain Dato’ Bandaro, Tuanku Nan Cerdik, Tuanku Nan
Renceh, Dato’ Malim Basa (Imam Bonjol). Adapun kaum adat
dipimpin oleh Dato’ Sati. Pada perang tersebut kaum adat terdesak,
kemudian minta bantuan Belanda.
Perang yang terjadi dapat dibagi menjadi dua tahap.
a)
Tahap pertama (1821–1825)
Pada tahap ini, peperangan terjadi antara kaum Padri dan
kaum adat yang dibantu oleh Belanda. Menghadapi Belanda yang
bersenjata lengkap, kaum Padri menggunakan siasat gerilya.
Kedudukan Belanda makin sulit, kemudian membujuk kaum Padri
untuk berdamai. Pada tanggal 15 Nopember 1825 di Padang
diadakan perjanjian perdamaian dan tentara Belanda ditarik dari
Sumatra dan dipusatkan untuk menumpas perlawanan Diponegoro
di Jawa.
b)
Tahap kedua (1830–1837)
Setelah perang Diponegoro selesai, Belanda mulai melanggar
perjanjian dan perang Padri berkobar kembali. Pada perang ini,
kaum Padri dan kaum adat bersatu melawan Belanda.
Mula-mula kaum Padri mendapat banyak kemenangan. Pada
tahun 1834 Belanda mengerahkan pasukan untuk menggempur
pusat pertahanan kaum Padri di Bonjol. Pada tanggal 25 Oktober
1837, Tuanku Imam Bonjol tertangkap, kemudian diasingkan di
Minahasa sampai wafatnya. Dengan menyerahnya Imam Bonjol
bukan berarti perang selesai, perang tetap berlanjut walaupun tidak
lagi mengganggu usaha Belanda untuk menguasai Minangkabau.
Di daerah-daerah lain juga terjadi perlawanan terhadap
Belanda antara lain:
1) Perlawanan Aceh (1973–1904).
2) Perlawanan Pattimura.
3) Perlawanan Bali/puputan margarana (1846–1849).
4) Perlawanan di Batak (Tapanuli) dipimpin Sisingamangaraja XII
pada tahun 1878–1907.
5) Perlawanan di Lampung dilakukan oleh Raden Intan I (1826)
dan Imba Kusuma. (1832), serta Raden Intan II (1834).
6) Perlawanan di Palembang tahun 1819–1825 dipimpin oleh Sultan
Najamudin dan Sultan Badarudin.
7) Perlawanan di Bone di bawah pimpinan Raja Bone Supa dan
Ternate.
Perlawanan dilakukan pula oleh para petani berupa protes
petani kepada Belanda yang disebut gerakan sosial. Penyebab
Cinderamata
Sosial
1. Carilah sedikitnya 5
gambar pahlawan
nasional dan
tempelkan pada
kertas karton.
2. Tulis perjuangan
mereka di dalam
melawan penjajah.
3. Berikan komentar
tentang perjuangan
mereka.
4. Pasang pada din-
ding di kelas.
Sumber:
Ensiklopedi
Nasional Indonesia,
1997
Gambar 5.7
Tuanku Iman
Bonjol.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
94
terjadinya protes petani ini karena pemerasan dan penindasan oleh
Belanda dan adanya kepercayaan akan datangnya ratu adil.
Perlawanan petani itu antara lain terjadi di:
1) Purwakarta pada tahun 1913, di mana para petani ramai-ramai
mendatangi bupati menuntut pengurangan cukai.
2) Babakan sawah pada tahun 1913 yang dipimpin oleh Eming.
3) Condet, Surabaya dipimpin oleh Entong Gendut.
4) Tangerang, Jawa Barat pada tahun 1924 dipimpin oleh Kyai
Kasan Mukmin.
5) Kediri, Jawa Timur pada tahun 1907 dipimpin oleh Dermojoyo.
C. PERKEMBANGAN AGAMA NASRANI
Sejak abad ke-15 Paus di Roma memberi tugas kepada
misionaris bangsa Portugis dan Spanyol untuk menyebarkan agama
Katholik. Kemudian bangsa Belanda pun tertarik untuk
menyebarkan ajaran agama Kristen Protestan dengan mengirimkan
para
zending
di negeri-negeri jajahannya.
1. Misionaris Portugis di Indonesia
Pada abad ke-16 kegiatan misionaris sangat aktif
menyampaikan kabar Injil ke seluruh penjuru dunia dengan
menumpang kapal pedagang Portugis dan Spanyol. Salah seorang
misionaris yang bertugas di Indonesia terutama Maluku adalah
Fransiscus Xaverius (1506–1552). Ia seorang Portugis yang
membela rakyat yang tertindas oleh jajahan bangsa Portugis. Di
kalangan pribumi ia dikenal kejujuran dan keikhlasannya membantu
kesulitan rakyat. Ia menyebarkan ajaran agama Katholik dengan
berkeliling ke kampung-kampung sambil membawa lonceng di
tangan untuk mengumpulkan anak-anak dan orang dewasa untuk
diajarkan agama Katholik.
Kegiatan misionaris Portugis tersebut berlangsung di Kepu-
lauan Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, P ulau Siau,
dan Sangir, kemudian menyebar ke Kalimantan dan Jawa Timur.
Penyebaran agama Katholik di Maluku menjadi tersendat
setelah terbunuhnya Sultan Hairun yang menimbulkan kebencian
rakyat terhadap semua orang Portugis. Setelah jatuhnya Maluku
ke tangan Belanda, kegiatan misionaris surut dan diganti kegiatan
zending
Belanda yang menyebarkan agama Kristen Protestan.
2. Zending Belanda di Indonesia
Pada abad ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami
perubahan, agama Katholik yang semula menjadi agama resmi
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
95
negara diganti dengan agama Kristen Protestan. Pemerintah Belanda
melarang pelaksanaan ibadah agama Katholik di muka umum dan
menerapkan anti Katholik, termasuk di tanah-tanah jajahannya.
VOC yang terbentuk tahun 1602 mendapat kekuasaan dan
tanggung jawab memajukan agama. VOC mendukung penyebaran
agama Kristen Protestan dengan semboyan “
siapa punya negara,
dia punya agama
”, kemudian VOC menyuruh penganut agama
Katholik untuk masuk agama Kristen Protestan. VOC turut
membiayai pendirian sekolah-sekolah dan membiayai upaya
menerjemahkan injil ke dalam bahasa setempat. Di balik itu para
pendeta dijadikan alat VOC agar pendeta memuji-muji VOC dan
tunduk dengan VOC. Hal tersebut ternyata sangat menurunkan citra
para
zending
di mata rakyat, karena VOC tidak disukai rakyat.
Tokoh
zending
di Indonesia antara lain Ludwig Ingwer
Nommensen, Sebastian Danckaerts, Adriaan Hulsebos, dan
Hernius.
Kegiatan zending di Indonesia meliputi:
a. Menyebarkan agama Kristen Protestan di Maluku, Sangir, Ta-
laud, Timor, Tapanuli, dan kota-kota besar di Jawa dan Sumatra.
b. Mendirikan
Nederlands Zendeling Genootschap
(NZG),
yaitu perkumpulan pemberi kabar Injil Belanda yang berusaha
menyebarkan agama Kristen Protestan, mendirikan wadah
gereja bagi jemaat di Indonesia seperti Gereja Protestan Maluku
(GPM), Gereja Kristen Jawa (GKJ), Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP), dan mendirikan sekolah-sekolah yang
menitikberatkan pada penyebaran agama Kristen Protestan.
3. Wilayah Persebaran Agama Nasrani di Indonesia pada
Masa Kolonial
Saat VOC berkuasa, kegiatan misionaris Katholik terdesak
oleh kegiatan zending Kristen Protestan, dan bertahan di Flores
dan Timor. Namun sejak Daendels berkuasa, agama Katholik dan
Kristen Protestan diberi hak sama, dan mulailah misionaris
menyebarkan kembali agama Katholik terutama ke daerah-daerah
yang belum terjangkau agama-agama lain.
Penyebaran agama Kristen Protestan di Maluku menjadi giat
setelah didirikan Gereja Protestan Maluku (GPM) tanggal 6 Sep-
tember 1935. Organisasi GPM menampung penganut Kristen
Protestan di seluruh Maluku dan Papua bagian selatan. Penyebaran
agama Kristen menjangkau Sulawesi Utara di Manado, Tomohon,
Pulau Siau, Pulau Sangir Talaud, Tondano, Minahasa, Luwu,
Mamasa dan Poso, serta di Nusa Tenggara Timur yang meliputi
Timor, Pulau Ende, Larantuka, Lewonama, dan Flores. Adapun
Sumber:
Indonesia Heritage,
2002
Gambar 5.8
Fransiscus
Xaverius, seorang misionaris
di Indonesia yang berasal dari
Portugis.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
96
persebaran agama Katholik di Jawa semula hanya berlangsung di
Blambangan, Panarukan, Jawa Timur. Namun, kemudian menyebar
ke wilayah barat, seperti Batavia, Semarang, dan Jogjakarta.
Agama Kristen Protestan di Jawa Timur berkembang di
Mojowarno, Ngoro dekat Jombang. Di Jawa Tengah meliputi
Magelang, Kebumen, Wonosobo, Cilacap, Ambarawa, Salatiga,
Purworejo, Purbalingga, dan Banyumas. Di Jawa Barat pusat
penyebaran agama Kristen terdapat di Bogor, Sukabumi, dan
Lembang (Bandung). Di Sumatra Utara masyarakat Batak yang
menganut agama Kristen berpusat di Angkola Sipirok, Tapanuli
Selatan, Samosir, Sibolga, Buluh Hawar di Karo, Kabanjahe,
Sirombu, dan kepulauan Nias. Kegiatan agama Kristen pada
masyarakat Batak dipusatkan pada organisasi HKBP. Adapun di
Kalimantan Selatan agama Kristen berkembang di Barito dan Kuala
Kapuas. Di Kalimantan Barat umat Nasrani banyak terdapat di
Pontianak. Di Kalimantan Timur banyak terdapat di Samarinda,
Kalimantan Tengah di pemukiman masyarakat Dayak desa Perak
dan Kapuas Kahayan.
Faktor-faktor penyebab sulitnya perkembangan agama
Kristen di Indonesia pada waktu itu adalah:
a) Pada waktu itu agama Kristen dianggap identik dengan agama
penjajah.
b) Pemerintah kolonial tidak menghargai prinsip persamaan derajat
manusia.
c) Sebagian besar rakyat Indonesia telah menganut agama lain.
Oleh karena itulah upaya penyebaran dilakukan di daerah-
daerah yang belum tersentuh agama lainnya. Juga dilakukan
dengan mengadakan tindakan-tindakan kemanusiaan seperti
mendirikan rumah sakit dan sekolah. Akhirnya berkat kerja keras
kaum misionaris dan zending, agama Kristen dapat berkembang di
Indonesia sampai sekarang.
Pada akhir abad XV, bangsa Eropa
berusaha melakukan penjelajahan
samudra. Faktor-faktor pendorong
terjadinya penjelajahan samudra adalah
adanya keinginan mencari kekayaam
(gold), adanya keinginan menyebarkan
agama Nasrani (gospel), adanya
keinginan untuk mencari kejayaan
(glory), perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan jatuhnya
Konstantinopel ke tangan bangsa Turki.
Rangkuman
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
97
Dengan mempelajari Perkembangan dan
Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme di
Indonesia, banyak pelajaran yang kita petik.
Kita makin tahu bahwa penjajahan di mana
pun dan kapan pun saja akan menimbulkan
penderitaan dan kesengsaraan. Penjajahan
itu harus dihapuskan dari atas muka bumi.
Di sisi lain, dari sebuah penjajahan inilah
akan lahir orang-orang yang berani
menentang penjajah. Mereka inilah yang
senantiasa tampil di depan memimpin
perlawanan terhadap penjajah dengan gagah
berani dan pantang menyerah. Mereka ini-
lah yang disebut sebagai pahlawan bangsa,
di mana segala sikap dan perilakunya bisa
menjadi teladan bagi generasi-generasi beri-
kutnya. Perilaku keteladanan para pahla-
wan, tersebut antara lain sifat pantang
menyerah, berani membela kebenaran dan
keadilan, mengutamakan kepentingan
bersama, dan lain-lain.
Di samping itu, kita juga makin tahu dan
menyadari bahwa persatuan dan kesatuan
memiliki arti penting bagi keberlangsungan
kehidupan NKRI. Sejarah telah
membuktikan bawa berbagai perlawanan
yang bersifat kedaerahan selalu saja gagal
mengusir penjajah. Bangsa kita pun juga
mudah diadu domba dan dihasut. Dengan
demikian tepat kiranya pepatah “bersatu kita
teguh, bercerai kita runtuh”.
Persatuan dan kesatuan bangsa dapat
diwujudkan dengan membina kerukunan
hidup, baik kerukunan dalam keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Selain itu,
pola hidup gotong royong juga harus
senantiasa dilakukan dalam masyarakat.
Sudahkah kalian meneladani sifat-sifat para
pahlawan? Jika sudah, kembangkan dan
tingkatkanlah terus. Namun, jika belum
mulailah dari sekarang.
Petikan Ilmu
(Refleksi Diri)
Untuk mengatasi persaingan di antara
pedagang Belanda dan persaingan
pedagang Belanda dengan Portugis,
maka pedagang Belanda didukung oleh
pemerintahnya membentuk kongsi
dagang yang bernama VOC
(
Vereenidge Oost Indishe Compagnie
)
pada tanggal 20 Maret 1602.
Pada permulaannya, VOC berkembang
pesat dan berhasil menguasai wilayah
Indonesia, merebut daerah-daerah dari
kekuasaan raja-raja di berbagai daerah
di Indonesia dan merebut daerah-daerah
yang dikuasai bangsa Eropa lainnya.
Namun lama-kelamaan VOC juga
mengalami kehancuran.
Perlawanan rakyat Indonesia terhadap
Portugis antara lain dipimpin oleh Sul-
tan Iskandar Muda (1629) dari Aceh,
Sultan Hairun, dan Baabullah dari Ter-
nate.
Perlawanan rakyat Indonesia terhadap
Belanda antara lain perlawanan Sultan
Agung; perlawanan Sultan Ageng
Tirtayasa; perlawanan Sultan Hasanud-
din; perlawanan Aceh; perang Padri;
perlawanan Diponegoro; perlawanan
Bali.
Agama Kristen Katholik disebarkan di
Indonesia untuk pertama kali oleh para
pemuka agama Katholik bangsa Por-
tugis. Agama ini disiarkan secara damai
dengan penuh cinta kasih. Seorang
bangsa Portugis yang sangat berjasa
dalam penyebaran agama Katholik di
Indonesia adalah Fransiscus Xaverius.
Kehadiran Belanda di Indonesia me-
ngubah peta pengkristenan di wilayah
Indonesia. Di Maluku, sebagian besar
penduduk yang beragama Katholik
berganti memeluk Kristen Protestan.
Galeri Pengetahuan Sosial 2
98
Ayo Belajar
Aspek: Kognitif
Kerjakan soal-soal berikut di buku tugasmu.
A. Ayo, pilih jawaban yang paling tepat sesuai dengan materi
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan
Imperialisme di Indonesia, untuk mengevaluasi daya
serap materimu.
5. Konvensi London (
Convenstion of
London
) berisi tentang ....
a. penyerahan pasukan Inggris kepada
Prancis
b. kedudukan VOC diambil alih oleh
pemerintah Belanda
c. Jansens menyerahkan kekuasaan
kepada Inggris
d. hak Belanda menerima jajahannya
kembali dari Inggris
6. Akibat sistem tanam paksa bagi rakyat
Indonesia adalah ....
a. rakyat bebas membayar pajak
b. terbukanya lapangan kerja bagi
penduduk pedesaan
c. rakyat Indonesia makin miskin dan
menderita kelaparan
d. berhasil dibangun jalan raya dari
Anyer sampai Panarukan
7. Penyebab utama gagalnya serangan
Sultan Agung yang pertama adalah ....
a. tidak memiliki siasat perang yang
unggul
b. kekurangan bahan makanan
c. kurangnya semangat tentara Mata-
ram
d. jumlah tentara yang sangat sedikit
8. Tugas utama Daendels di Indonesia
adalah ....
a. menguasai seluruh Nusantara
b. menjajah wilayah Indonesia
c. mempertahankan Jawa dari Inggris
d. membuat jalan sepanjang ± 1.000
km
1. Keinginan bangsa Eropa untuk
mencari sendiri pusat rempah-rempah
yang ada di Indonesia, mendorong
bangsa Eropa mengadakan ....
a. penyerangan terhadap kerajaan-
kerajan di Nusantara
b. penjelajahan samudra ke timur
c. menghancurkan pedagang Islam di
Selat Malaka
d. perjanjian dengan pedagang-pe-
dagang Islam
2. Faktor ekonomi yang menyebabkan
bangsa Eropa mencari daerah rem-
pah-rempah adalah....
a. bangsa Eropa kalah dalam meng-
hadapi persaingan dengan Amerika
b. harga rempah-rempah di Eropa
makin meningkat
c. Konstantinopel jatuh ke tangan
bangsa Turki Usmani
d. adanya kekhawatiran bahwa bang-
sa Asia tidak lagi menjual rempah-
rempah
3. Kesamaan tujuan bangsa-bangsa
Eropa datang ke Indonesia dalam ....
a. mengadakan penjelajahan samudra
b. menjalin kerja sama perdagangan
c. memerlukan rempah-rempah
d. mencari kejayaan
4. Bangsa Belanda pertama kali datang
ke Indonesia dipimpin oleh ....
a. Jacob Van Neck
b. Cornelis de Houtman
c. Herman Willam Daendels
d. Johanes Van Den Bosh
Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat
99
9. Tujuan disusunnya Undang-Undang
Agraria oleh Belanda antara lain....
a. melarang orang asing menyewa
tanah di Indonesia
b. memperkuat hak milik bagi petani
di pedesaan
c. membatasi luas tanah yang dimiliki
oleh perkebunan
d. melindungi hak milik petani atas
tanahnya dari penguasaan modal
asing
10. Tokoh bangsa Portugis yang sangat
berjasa dalam penyebaran agama
Katholik di Indonesia adalah....
a. Baron van Hovel
b. Fransiscus Xaverius.
c. Sebastian Danchaezlx
d. J. Nommensent
B. Ayo, jawablah pertanyaan-per tanyaan berikut sesuai
materi Perkembangan dan Pengaruh Kolonialisme dan
Imperialisme di Indonesia.
1. Sebutkan faktor-faktor pendorong
perkembangan pelayaran dan per-
dagangan di Indonesia.
2. Mengapa Aceh memberikan izin
kepada Cornelis de Houtman dan
James Lancaster untuk berdagang di
wilayahnya?
3. Sebutkan 3 faktor penyebab bubarnya
VOC.
4. Tunjukkan 3 contoh tindakan Daendels
yang menyengsarakan rakyat Indone-
sia.
5. Jelaskan siasat yang dilakukan oleh
Belanda dalam menghadapi perang
Diponegoro.
–
Salinlah tabel berikut di buku tugasmu dan berilah tanda
pada
kolom yang tersedia atas setiap pernyataan berikut sesuai dengan
pilihanmu.
–
Kerjakan sesuai pemahaman konsepmu mengenai sikap-sikap
keteladanan para pahlawan.
Sikap Sosial
Aspek: Afektif
No.
1.
2.
Penyataan
Membeda-bedakan teman
dalam bergaul.
Bersaing atau berkompetisi
secara sehat dengan teman
sekolah untuk mencapai
prestasi tertinggi.
SS S N TS STS Alasan
Galeri Pengetahuan Sosial 2
100
1. Bentuk kelompok diskusi di kelas yang beranggotakan 5–8
siswa.
2. Lakukan diskusi kelompok mengenai permasalahan berikut.
a. Mengapa kedatangan Belanda di berbagai daerah men-
dapat tentangan dari masyarakat atau penguasa setempat?
b. Jelaskan tentang kegigihan Sultan Agung dalam usaha
mengusir VOC.
c. Mengapa Sultan Haji dari Banten dianggap sebagai anak
yang durhaka?
d. Bagaimanakah pendapat kelompokmu terhadap perang
puputan di Bali?
3. Presentasikan di depan kelas hasil diskusi kelompok.
4. Buat kesimpulan hasil diskusi.
5. Kumpulkan kepada guru mata pelajaran.
Selamat mengerjakan, semoga makin memahami
perkembangan dan pengaruh kolonialisme dan imperialisme
di Indonesia.
Uji Unjuk Kerja
Aspek: Psikomotorik
No.
3.
Penyataan
Mengumpulkan sumbangan
sukarela untuk menengok dan
membantu teman yang sakit.
SS S N TS STS Alasan
Selamat mengerjakan dan semoga berhasil meneladani
sikap dan perilaku para pahlawan dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.